Rakyat turun ke jalan bukan karena benci, tapi karena tak lagi didengar.
Ada sesuatu yang bergeser di Amerika hari ini—bukan hanya soal kebijakan, tapi soal kesadaran. Aksi nasional bertajuk “Hands Off!” bukan sekadar protes. Ia adalah peringatan keras bahwa kekuasaan, bila dibiarkan tanpa kontrol, akan menjelma menjadi alat untuk menindas, bukan melindungi.
Di tengah wacana pemangkasan program sosial seperti Social Security dan Medicaid, serta menguatnya pengaruh miliarder dalam politik, rakyat memilih untuk tidak diam. Lebih dari seribu aksi di seluruh negeri adalah bukti bahwa demokrasi belum mati—hanya sedang diabaikan.
Mereka yang turun ke jalan bukan radikal, bukan ekstremis. Mereka adalah pekerja, lansia, guru, perawat, mahasiswa—orang-orang biasa yang merasa bahwa masa depan mereka dijual murah demi keuntungan segelintir elite. Ketika pemerintah lebih mendengar suara uang ketimbang suara rakyat, maka jalanan menjadi forum demokrasi terakhir.
“Ketika sistem ekonomi dan politik dikuasai segelintir orang kaya, maka ketidakadilan bukan kecelakaan—ia adalah hasil desain.”
“Kita hidup dalam masyarakat di mana miliarder mendapatkan pemotongan pajak, sementara jutaan orang bertanya-tanya bagaimana mereka bisa membayar obat atau menyekolahkan anak,” ujar Senator AS Bernie Sanders.
“Keadilan bukan hanya ideal abstrak—ia adalah roti dan pekerjaan, kesehatan dan harapan,” kata Cornel West, filsuf dan aktivis.