Memimpin dalam Kabut – Padusi

Memimpin dalam Kabut – Padusi


Oleh: Eileen Rachman & Emilia Jakob

Pernahkah Anda merasa harus mengambil keputusan penting dalam kondisi yang serba tidak jelas? Seperti mengemudi di tengah kabut tebal — jarak pandang terbatas, arah sulit ditentukan, dan kita hanya bisa berharap pilihan kita membawa pada tempat yang benar.

Begitulah rasanya menjadi pemimpin saat menghadapi unknown-unknowns — situasi tak terduga yang bahkan tak sempat kita bayangkan sebelumnya.

Kita semua tahu bahwa pemimpin tidak dilahirkan dari kenyamanan. Mereka terbentuk dari tantangan, dari jatuh-bangun yang membentuk intuisi dan ketangguhan. Namun, tak semua tantangan datang dengan tanda peringatan. Beberapa muncul begitu saja — mengguncang dan menguji fondasi organisasi yang dibangun bertahun-tahun.

Ketika Dunia Tiba-Tiba Berubah

Siapa yang bisa menyangka, pagi itu di tanggal 11 September 2001, langit New York akan dipenuhi kepanikan? Bahkan negara sekuat Amerika tak menduga akan serangan teroris tersebut.

Begitu pula saat virus tak kasatmata, Covid-19, memaksa dunia berhenti sejenak. Dua contoh ekstrem dari unknown-unknowns — hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tapi memberi dampak luar biasa.

Donald Rumsfeld, mantan Menteri Pertahanan AS, pernah menyebut istilah ini untuk menggambarkan tantangan kompleks masa kini: dari disrupsi teknologi, perubahan regulasi, hingga gejolak sosial dan politik yang muncul tanpa aba-aba.

Dan yang lebih menantang lagi? Kita bahkan sering tidak sadar bahwa kita tidak tahu.

Lelah Tapi Harus Tetap Melangkah

Ada alasan mengapa perjalanan ke tempat baru terasa lebih panjang dibanding perjalanan pulang. Ketidakpastian menyedot energi mental kita. Maka wajar jika pemimpin merasa lelah saat harus membuat perencanaan untuk hal-hal yang bahkan belum terlihat bentuknya.

Namun, justru karena itulah kita perlu bersiap.

Menurut Erin Bajema, pakar keamanan, walau peluang terjadinya peristiwa besar sangat kecil, dampaknya bisa luar biasa. Maka, organisasi yang tangguh bukan yang paling kuat, tapi yang paling siap.



Finance

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *