Ada sesuatu yang berbeda saat kita menyelami karya Mikael Aldo. Bukan sekadar foto dengan pencahayaan dramatis atau komposisi visual yang ciamik, melainkan lapisan-lapisan emosi yang perlahan terbuka, seperti percakapan dengan diri sendiri—jujur, rapuh, tapi juga penuh harapan.
Hari ini, fotografer muda yang dikenal lewat karya-karya konseptual dan penuh perasaan itu resmi meluncurkan photobook perdananya, bertajuk PROPHECY. Sebuah karya visual yang bukan hanya menyentuh mata, tapi juga hati.
Dari Imajinasi Menjadi Peta Emosi
Terdiri dari 80 karya foto, PROPHECY adalah refleksi visual dari lanskap emosi yang Aldo rasakan dan renungkan selama bertahun-tahun. Tidak ada alur cerita bak film yang runut, namun ada benang merah yang menghubungkan—tentang pertumbuhan, pencarian, kejernihan, dan kebingungan yang datang silih berganti.
“Buku ini bukan jawaban. Ia justru pertanyaan-pertanyaan yang terus saya ajukan kepada diri sendiri,” ujar Aldo saat ditemui Femina di sela peluncuran bukunya.
Setiap lembar dalam PROPHECY menghadirkan dunia visual yang hazy dan intens—seperti kabut pagi yang menutupi pegunungan, namun menyimpan keindahan yang hanya bisa dilihat jika kita bersedia diam sejenak.
Emosi Tak Selalu Harus Lantang
Dalam buku ini, Aldo memadukan teknik konseptual dan surealis, dikombinasikan dengan elemen portrait dan still life. Namun yang paling menonjol bukan soal teknisnya, melainkan rasa yang tertinggal.
Lewat nuansa gelap yang mendominasi, ia mengajak kita menyelami emosi-emosi yang sering terabaikan—kesepian, keraguan, dan keheningan yang justru terasa sangat manusiawi.
“Foto-foto ini bukan tentang kesedihan. Tapi tentang keberanian untuk mengakui apa yang benar-benar kita rasakan,” jelasnya.
Finance
Berita Olahraga
Lowongan Kerja
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Teknologi
Seputar Teknologi
Berita Politik
Resep Masakan
Pendidikan